Majalah Islam Mingguan
Remaja Masjid Baitul Hikmah
(Kembali Kepada Al-qur’an dan Hadist)
NABI telah memilih Handai Tertinggi di rumah Aisyah dengan kepala di
pangkuannya. Kemudian Aisyah meletakkan kepalanya di atas bantal. Dengan
peristiwa itu kaum Muslimin yang sedang berada dalam mesjid sangat terkejut
sekali, sebab ketika paginya mereka melihat Nabi dari segalanya menunjukkan,
bahwa ia sudah sembuh. Itu pula sebabnya Abu Bakr pergi mengunjungi isterinya
Bint Kharija di Sunh.
Umar tidak
percaya Rasul wafat
Setelah
mengetahui hal itu cepat-cepat Umar ke tempat jenazah disemayamkan. Ia tidak
percaya bahwa Rasulullah sudah wafat. Ketika dia datang, dibukanya tutup
mukanya. Ternyata ia sudah tidak bergerak lagi. Umar menduga bahwa Nabi sedang
pingsan. Jadi tentu akan siuman lagi. Dalam hal ini sia-sia saja, Mughira
hendak meyakinkan Umar atas kenyataan yang pahit ini. Ia tetap berkeyakinan,
bahwa Muhammad tidak mati. Oleh karena Mughira tetap juga mendesak, ia berkata:
"Engkau dusta!" Kemudian ia keluar ke mesjid bersama-sama
sambil berkata: "Ada orang dari kaum munafik yang mengira bahwa Rasulullah
s.a.w. telah wafat. Tetapi, demi Allah sebenarnya dia tidak meninggal,
melainkan ia pergi kepada Tuhan, seperti Musa bin 'Imran. Ia telah menghilang
dari tengah-tengah masyarakatnya selama empat puluh hari, kemudian kembali lagi
ke tengah mereka setelah dikatakan dia sudah mati. Sungguh, Rasulullah pasti
akan kembali seperti Musa juga. Orang yang menduga bahwa dia telah meninggal,
tangan dan kakinya harus dipotong!"
Kedatangan Abu Bakr
Sementara mereka dalam keadaan begitu tiba-tiba Abu Bakr datang. Ia segera
kembali dari Sunh setelah berita sedih itu diterimanya. Ketika dilihatnya
Muslimin demikian, dan Umar sedang berpidato, ia tidak berhenti lama-lama di
tempat itu melainkan terus ke rumah Aisyah tanpa menoleh lagi ke kanan-kiri. Ia
minta ijin akan masuk, tapi dikatakan kepadanya, orang tidak perlu minta ijin
untuk hari ini. Bila ia masuk, dilihatnya Nabi di salah satu bagian dalam rumah
itu sudah diselubungi dengan burd hibara. Ia menyingkapkan selubung itu dari
wajah Nabi dan setelah menciumnya ia berkata:
"Alangkah sedapnya di waktu engkau hidup, alangkah sedapnya pula
di waktu engkau mati."Kemudian kepala Nabi diangkatnya dan diperhatikannya
paras mukanya, yang ternyata memang menunjukkan ciri-ciri kematian. "Demi
ibu-bapakku.(diucapkan dengan kecintaan) Maut yang sudah ditentukan Tuhan
kepadamu sekarang sudah sampai kaurasakan. Sesudah itu takkan ada lagi maut
menimpamu!"
Kemudian dikembalikannya kepala itu ke bantal, ditutupkannya kembali kain
burd itu kemukanya. Sesudah itu ia keluar. Ternyata Umar masih bicara dan mau
meyakinkan orang bahwa Muhammad tidak meninggal. Orang banyak memberikan jalan
kepada Abu Bakr. "Sabar, sabarlah Umar!" katanya setelah ia berada di
dekat Umar. "Dengarkan!"
Tetapi Umar tidak mau diam dan juga tidak mau mendengarkan. Ia terus
bicara. Sekarang Abu Bakr menghampiri orang-orang itu seraya memberi isyarat,
bahwa dia akan bicara dengan mereka. Dan dalam hal ini siapa lagi yang akan
seperti Abu Bakr! Bukankah dia Ash-Siddiq yang telah dipilih oleh Nabi dan
sekiranya Nabi akan mengambil orang sebagai teman kesayangan tentu dialah teman
kesayangannya?! Oleh karena itu cepat-cepat orang memenuhi seruannya itu dan
Umar ditinggalkan.
Setelah mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Abu Bakr berkata:
"Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Muhammad, Muhammad sudah
meninggal. Tetapi barangsiapa mau menyembah Tuhan, Tuhan hidup selalu tak
pernah mati."
Abu Bakr membacakan ayat Qur'an - meyakinkan
Muslimin
Kemudian ia membacakan firman Tuhan: "Muhammad
hanyalah seorang rasul. Sebelum dia pun telah banyak rasul-rasul yang sudah
lampau. Apabila dia mati atau terbunuh, apakah kamu akan berbalik ke belakang?
Barangsiapa berbalik ke belakang, ia tidak akan merugikan Tuhan sedikit pun.
Dan Tuhan akan memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur."
(Qur'an, Ali Imran:144)
|